印尼内容

Udara pagi di kawasan tambang nikel PT Nadesico Nickel Indonesia (NNI) tak pernah benar-benar sunyi. Denting logam, suara mesin berat yang meraung di kejauhan, dan derap langkah sepatu boot para pekerja membentuk orkestra khas yang menandai dimulainya rutinitas. Bagi seorang pekerja seperti Muhammad Hamsah selaku juru bicara, berusia 26 tahun, musik itu sudah menjadi bagian dari denyut hidupnya.

Setiap pukul 05.30 pagi, alarm kecil dari jam tangan digitalnya berbunyi pelan, cukup untuk membangunkannya tapi tak membuat gaduh barak tempat ia tinggal bersama enam rekan kerjanya. Hamsah bangkit, merapikan tempat tidur, lalu menuju wastafel kecil untuk mencuci muka. Hari dimulai bukan dengan kopi atau koran, tapi dengan kesadaran bahwa hari ini ia harus pulang dengan tubuh utuh.“Kerja di lokasi produksi tambang itu bukan cuma soal kuat atau tidak kuat,” katanya suatu hari. “Tapi juga soal sadar atau tidak sadar akan bahaya.”

Briefing Pagi: Ritual yang Menyelamatkan

Pukul 07:20 tepat, para pekerja berkumpul di area lapangan terbuka. Di sanalah berlangsung briefing pagi, sebuah pertemuan singkat yang kadang dipandang remeh oleh orang yang belum pernah mengenal kerasnya dunia tambang di bagian produksi ini. Tapi bagi Hamsah, briefing pagi adalah perisai pertama sebelum turun ke lapangan untuk memulai rutinitas harian.

Hari itu, Supervisor keselamatan bernama 荆鹏志 (jing peng zhi) membacakan potensi risiko harian kepada setiap anggota tim di lapangan produksi rotari kil dan tungku. Katanya, karyawan yang bekerja di area berdebu dekat dengan area tungku dan proses produksinya menggunakan beleran. Mak, akan sangat berpotensi terkena penyakit ispa. Dalam proses produksi yang menghasilkan limbah berupa kulit kiln dan juga sangat perlu diperhatikan ketika karyawan membersihkan saringan kiln dan tidak memperhatikan keselamatan maka sangat berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Hamsah mencatat dalam benaknya. Ia tahu, informasi itu bukan sekadar prosedur. Itu bisa membedakan antara hidup dan mati.

“Kita jalan bareng, pulang bareng. Jangan egois,” ujar 荆鹏志, supervisor mereka, dengan suara tegas.

Pelatihan Keselamatan: Bukan Formalitas

NNI rutin mengadakan pelatihan keselamatan, bukan sekadar untuk menggugurkan kewajiban ISO atau audit. Tapi karena mereka tahu, setiap langkah kecil ini seperti bagaimana membuka katup darurat, cara mengikat tali pengaman, hingga mengenali tanda-tanda tubuh terpapar gas adalah bagian dari upaya menyelamatkan manusia.

Sebelum turun ke lapangan, Hamsah mengenakan helm kuningnya, memastikan strap-nya terkunci rapat. Lalu ia periksa sepatu boot baja, memastikan tak ada keretakan atau kebocoran. Hamsah, yang dulunya menganggap pelatihan sebagai kegiatan membosankan, kini menjadi salah satu juru bicara paling aktif. Ia bahkan menjadi mentor bagi pekerja baru, menjelaskan bahwa keberanian sejati bukan soal tak takut, tapi tahu bagaimana bertahan.

“Jangan sampai kalian jadi pahlawan kesiangan. Keselamatan itu direncanakan, bukan kebetulan,” ujarnya dalam sesi pelatihan sebagai penerjemah.

Langkah Kecil yang Menyelamatkan

Dalam dunia produksi, tak ada tindakan yang benar-benar kecil. ‘’Menyeka visor helm yang berembun bisa membuat pandangan jernih saat mengemudi loader. Mengulangi briefing pagi meski terdengar klise bisa menyelamatkan satu regu dari ledakan. Dan menekan tombol kecil pada detektor gas bisa menghindarkan satu nyawa dari kematian senyap’’.

Setiap tindakan itu, sekecil apa pun, adalah bagian dari rantai keselamatan yang lebih besar. Hamsah sadar, ia bukan superhero. Ia hanya seorang karyawan juru bicara yang ingin keluarganya bangga. Seorang pekerja yang ingin menjalani hidup tanpa kehilangan bagian tubuh. Dan seorang manusia yang percaya bahwa langkah-langkah kecil, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, bisa membawa pulang nyawa yang utuh setiap hari.

Dan di lubang tambang yang gelap dan sunyi itu, langkah kecil itu terdengar lantang:

Tap… tap… tap…

Langkah keselamatan, yang membawa harapan.